Cerita Sutarmi, Pedagang Sembako di Gate 2
Seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu kawasan pasar di sisi kiri Gate 2 ramai oleh karyawan. Ada yang menikmati kopi selepas kerja, ada pula yang sekadar duduk sembari bertukar cerita. Sutarmi sibuk melayani pembeli ketika Torang IWIP menghampiri Lapak bernomor 46 miliknya. “Alhamdulillah sekali saya bisa jualan di sini setelah dapat rekomendasi dari kepala desa,” ucap Sutarmi membuka obrolan. Warga Desa Woejerana, Weda Tengah itu mengaku mulai berjualan pada tahun 2020. Seperti penyewa lainnya, untuk mendapat lapak perlu rekomendasi dari kepala desa di sekitar industri. Kebijakan ini diterapkan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat lingkar industri dan tambang. Di lapaknya Sutarmi menjajakan berbagai jenis sayuran yang dibeli dari petani-petani di seputaran Halmahera Tengah dan sekitarnya, sperti dari Trans Waleh, Trans Maidi, maupun Wairoro. Selain sayur, ia juga menjual berbagai macam sembako. “Sebelum ada IWIP saya hanya berjualan di rumah, Alhamdulillah setelah ada IWIP saya bisa jualan disini, dan secara pendapatan juga sangat meningkat,” ungkapnya. Banyak pelanggannya yang merupakan karyawan asal China. Semula hal tersebut menjadi tantangan baginya karena keterbatasan bahasa. Namun seiring waktu, Sutarmi mulai belajar bahasa China. “Sekarang saya sudah tahu sedikit-sedikit bahasa China, seperti nama-nama sembako dan nominal uang.” Sutarmi merasakan dampak positif dari kehadiran IWIP di Halmahera Tengah. Dengan berjualan di Gate 2 ia bisa menguliahkan anak-anaknya dan saat ini sedang berencana membangun rumah. Ia tak sendiri, di kawasan itu kini terdapat 53 lapak yang masing-masing diisi oleh warga di sekitar industri. “Banyak terima kasih kepada IWIP karena sangat membantu kami semua.” *** |